Youth GRII BSD

God-Centered Biblical Interpretation (Part 3)

Bagian 3
oleh Tim Literatur


Seperti yang dijelaskan sebelumnya, agar dapat menginterpretasikan baik realita maupun Alkitab sesuai dengan apa yang Allah berikan, kita perlu menguatkan fondasi dasar kita. Kita perlu menjawab; Siapakah Allah Tritunggal? Apa itu Alkitab? Apa hubungan antara Allah dengan Alkitab? Apa tujuan Alkitab? Apa itu kebenaran? Bagaimana kita bisa mengerti kebenaran? Hal yang akan dibahas pada bagian ini adalah Allah Tritunggal, kebenaran, dan bagaimana kita bisa mengerti (makna).


Allah Tritunggal dalam Alkitab

Alkitab merupakan preposisi dasar orang Kristen; Kita dapat mengenal Allah bukan karena logika kita, melainkan karena Alkitab menyatakan demikian maka kita mengenal Allah. Alkitab membuktikan dirinya sendiri, dan merupakan fondasi dasar kehidupan (Yoh 17:3) . Dalam Yohanes 17 mengenai percakapan antara Tuhan Yesus (Allah Anak) dan Allah Bapa tertulis bahwa Tuhan Yesus telah mempermuliakan Allah Bapa dengan mengerjakan pekerjaan yang telah Bapa berikan selama berada di dalam dunia; Permintaan Allah Anak kepada Allah Bapa agar dipermuliakan dengan kemuliaan sebelum dunia dijadikan; Tuhan Yesus meminta agar Allah Bapa menjaga murid-murid-Nya, supaya menjadi satu sama seperti kesatuan Allah (saling berdiam – indwelling).

Dalam Yohanes 16 tertulis bahwa Roh Kudus diutus oleh Allah Anak kepada umat pilihan dengan tujuan menginsafkan akan dosa mereka; Ia tidak akan berkata dari diri-Nya sendiri, melainkan dari apa yang didengar-Nya dari Allah Anak; Roh Kudus akan mempermuliakan Allah Anak. Saat Tuhan Yesus dibaptis (Matius 3:13-17), langit terbuka dan Allah Bapa menyatakan bahwa IA lah Anak yang dikasihi-Nya, kepada-Nya Allah Bapa berkenan.

Pada bagian ini kita melihat bahwa ada tiga pribadi Allah yang berbeda namun saling bersatu. Berikutnya kita akan membahas mengenai Allah Anak yang dikatakan sebagai Sang Firman (Word) seperti yang dicatat dalam Yohanes 1:1.


Lebih Lanjut mengenai “Firman Allah”

Dari contoh di atas, kita dapat melihat adanya komunikasi antara ketiga pribadi. Allah Bapa berkenan kepada Allah Anak; Allah Anak mengutus Roh Kudus; Roh Kudus memuliakan dan mengingatkan perkataan Allah Anak. Allah Bapa dan Allah Anak berdiam (indwelling) dalam Roh yang sama. Roh mendengar perkataan Allah Bapa yaitu Allah Anak dan menyampaikan kepada umat pilihan. Masih banyak lagi hubungan yang bisa kita dapatkan antar ketiga pribadi, namun kita akan membahas lebih lanjut mengenai Firman.

Kita mengetahui dari Kitab Kejadian pasal 1 bahwa Allah berfirman dan segala sesuatu diciptakan melalui Firman. Maka, seluruh dunia ditopang oleh firman-Nya yang berkuasa dan juga menunjukkan otoritas dan sifat Allah itu sendiri. Setelah kejatuhan, kita melihat Allah berfirman kepada manusia (Abraham, Ishak, Yakub), kemudian kepada Musa yang ditunjuk menjadi pemimpin Israel (termasuk hukum Taurat yang tertulis), kepada Yosua, hakim-hakim, dan kepada nabi-nabi. Firman tersebut tercatat pada suatu kumpulan yang kita terima hari ini sebagai Alkitab. Maka, Alkitab memiliki otoritas yang sama dengan Allah sendiri karena Alkitab merupakan Firman Allah. Kita akan membahas bagian ini lebih lanjut pada sesi yang lain.

Kemudian, hal yang paling menakjubkan terjadi yaitu pada peristiwa Inkarnasi dimana Firman itu sendiri menjadi daging; menjadi pribadi manusia yang berdiam bersama ciptaan-Nya, yang boleh kita lihat dan saksikan. Namun, di sini terdapat kebingungan: bagaimana bisa suatu perkataan (Firman – Kejadian 1) juga adalah seorang pribadi (Yohanes 1)? Kita tidak akan pernah dapat mengerti Allah Tritunggal yang kekal. Tetapi, ada hal yang dapat kita mengerti (imanensi) dan juga di saat yang sama kita tidak bisa mengerti (transendensi). Kedua hal ini sebenarnya juga merupakan atribut Allah yang akan kita bahas secara implisit pada bagian-bagian berikutnya.

Lalu apa yang bisa kita dapatkan dari penjelasan di atas? Bagaimana melihat Firman yang diucapkan (Word) juga adalah seorang pribadi? Di sini kita bisa melihat kesamaan. Firman yang diucapkan dan Firman yang menjadi pribadi Allah Anak merupakan manifestasi Allah Bapa. Manifestasi Allah Bapa merupakan sesuatu yang berbeda dari Allah Bapa yaitu Allah Anak, namun keduanya memiliki kesatuan. Analogi yang pernah diberikan oleh Pdt. Stephen Tong adalah hubungan antara Ayah dengan anak; “sesuatu yang dari diriku, keluar dari diriku, menjadi yang bukan diriku.” Anak merupakan pribadi yang lain dari Ayah namun memiliki suatu kesatuan (khususnya di dalam rancangan Allah sebelum manusia jatuh ke dalam dosa). Analogi ini merupakan turunan dari pola Allah sendiri karena manusia adalah ciptaan Allah meskipun analogi ini tidak mungkin bisa menjelaskan Allah yang kekal itu.


Lebih Lanjut mengenai Allah Tritunggal

Allah Bapa mengutus dan mempermuliakan Allah Anak. Allah Anak mengerjakan panggilan-Nya di dunia untuk mempermuliakan Allah Bapa dan mengutus Roh Kudus. Roh Kudus tidak berbicara dari diri-Nya sendiri, melainkan dari apa yang didengar-Nya dari Allah Anak yang juga berasal dari Allah Bapa. Lebih lanjut, dalam Yohanes 17:21 ada pernyataan bahwa Allah Bapa berdiam dalam Allah Anak dan Allah Anak berdiam di dalam Allah Bapa. Kedua pribadi berdiam di dalam satu Roh.

Dari semua yang sudah dijelaskan akhirnya kita bisa melihat bahwa Allah Tritunggal memiliki pribadi yang berbeda namun memiliki kesatuan (one and many). Kemudian, bila Allah menciptakan dunia ini lewat Firman-Nya dan telah kita diskusikan bahwa Firman memiliki sifat dan otoritas yang sama dengan Allah, maka kita bisa melihat dunia dengan perspektif one and many. Allah Tritunggal sebagai pencipta memiliki pola dasar (archetype) yang dapat kita lihat sebagai berikut:

Secara mudah kita bisa melihat Allah Bapa sebagai awal, suatu hal yang transenden, yang abstrak. Allah Anak sebagai suatu manifestasi dari Allah Bapa yang dapat kita saksikan secara partikular. Roh Kudus sebagai penghubung dimana Allah Bapa dan Allah Anak berdiam.

Sebagai contoh, kita tahu bahwa tidak ada seorang pun pernah melihat Allah Bapa, tapi kita bisa mengenal-Nya lewat apa yang Anak Allah lakukan. Apa yang Allah Anak lakukan secara partikular di dunia ini (mengajar, menyembuhkan, memberitakan kebenaran, mengasihi, dan sebagainya) adalah manifestasi daripada Allah Bapa. Apa yang abstrak dan apa yang partikular berbeda; suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Kita bisa melihat turunan (ectype) dari konsep one and many ini di dalam dunia ciptaan-Nya. Pada Kitab Kejadian tertulis bahwa manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Allah membentuk manusia dari debu dan tanah, menghembuskan nafas (sesuatu yang keluar dari Allah) kepadanya, dan manusia menjadi mahluk hidup. Hal ini dapat kita ilustrasikan sebagai berikut:

Dari pola ini kita bisa melihat bahwa manusia benar-benar menjadi mahkota ciptaan dimana manusia diberikan nafas daripada Allah sendiri. Manusia sebagai manifestasi Allah bersatu dengan Allah karena Allah menghembuskan nafas (suatu atribut yang keluar dari Allah). Lebih lanjut nantinya Roh Kudus dapat dianalogikan sebagai nafas (breathe) karena dia membawa pesan Allah kepada kita. Dalam 2 Timotius 3:16 kita melihat bahwa Alkitab sendiri merupakan sesuatu yang dinafaskan (bahasa Indonesia menggunakan kata diilhamkan) Allah. Silakan merenung dan gali lebih lanjut mengenai hal ini. Penulis berharap hal ini boleh menjadikan kita sadar betapa beruntungnya kita boleh menjadi manusia dan diberikan hidup oleh Allah, namun di saat yang sama kita boleh sadar betapa jahatnya kita ketika kita tidak bersatu di dalam Allah.


Kebenaran

Setelah mengerti semua ini, mari kita kembali kepada bagian pertama dimana banyak cara pandang manusia terhadap suatu bagian dari berita Injil. Tentu kita menolak pemikiran non-Kristen; Liberal salah karena pada dasarnya ada Allah sebagai kebenaran absolut yang mengakibatkan hal yang berlawanan dengan kebenaran tersebut menjadi ketidakbenaran; Naturalis salah karena Allah adalah Allah yang melampaui dunia natural; Pemikir Kritis salah karena Allah secara nyata bekerja di dalam sejarah manusia dan bukan dongeng belaka; New-age salah karena adanya perbedaan signifikan antara Allah sebagai pencipta dengan manusia sebagai ciptaan.

Namun dalam percakapan orang Kristen, kita juga telah membahas bagaimana pemikiran mereka juga memiliki suatu distorsi yang halus. Misalnya, Pietis benar bahwa Alkitab membahas relasi intim dengan Tuhan, tapi Alkitab juga menyerukan pemberitaan injil. Doktrinalis benar bahwa Alkitab memberikan wawasan doktrin dimana Kristus sebagai pusat, namun Alkitab juga mengajarkan keintiman dengan Tuhan. Liturgis benar karena Alkitab mengajarkan Tuhan menginginkan adanya tatanan khususnya dalam ibadah, namun di sisi lain Alkitab mengajarkan Keintiman. Hal ini bisa kita lihat secara seluruhnya dimana kecenderungan manusia berdosa adalah memparsialkan satu hal, melihat kepada yang partikular namun dijadikan mutlak. Peter-si-Pietis mungkin di dalam hatinya benar-benar melihat relasi dengan Tuhan adalah yang paling utama, namun Alkitab tidak mengajarkan hanya itu saja. Kembali kepada prinsip one and many dimana adanya kebenaran yang berbeda namun tetap membentuk suatu keutuhan.

Maka, apa itu kebenaran? Alkitab mengajarkan bahwa Tuhan Yesus adalah jalan, kebenaran, dan hidup (Yoh 14:6). Dari sini kita bisa mengerti bahwa kebenaran itu adalah Allah itu sendiri dan memiliki karakteristik Allah. Maka kita melihat ada prinsip tritunggal di dalam kebenaran yaitu unity in diversity. Ada kebenaran partikular yang berhubungan dengan kebenaran secara utuh (abstrak).

Dalam dunia ciptaan yang terbatas ruang dan waktu, manusia mengerti kebenaran dengan cara partikular dan progresif. Manusia mendapatkan kebenaran secara partikular di dalam kesatuan kebenaran secara utuh. Sebagai contoh, mari kita melihat keempat Injil dalam Alkitab yang menjelaskan Tuhan Yesus dalam perspektif berbeda. Matius menulis Tuhan Yesus adalah keturunan Daud yang dinubuatkan. Markus menulis Yesus adalah Anak Manusia yang menghancurkan kerajaan setan. Yohanes menulis Yesus memiliki relasi dengan Allah Bapa. Lukas menulis Yesus akan membebaskan orang-orang yang tertindas. Maka ketika kita sudah membaca salah satu Injil, maka bisa dikatakan bahwa kita sudah mengenal Yesus sekaligus belum sepenuhnya mengenal Yesus. Kita bisa memelajari Yesus dari salah satu Injil secara partikular dan untuk mencapai kepada suatu pengertian yang lebih utuh, kita bisa mempelajari Tuhan Yesus dari Injil yang lain, kitab yang lain, sejarah dan konteks zaman (bagian associational).

Namun sekali lagi, kita tidak akan mendapatkan keutuhan dalam mengenal Tuhan Yesus seperti yang dikatakan sebelumnya. Dalam mempelajari baik Allah maupun Alkitab, kita bisa mengerti sekaligus tidak mengerti. Maka baik Allah maupun Alkitab merupakan sumber yang tidak dapat habis untuk dipelajari (inexhaustible). Di saat yang sama, ada bagian-bagian yang kita bisa mengerti. Terpujilah Tuhan karena kebesaran-Nya melampaui manusia.

Kembali kepada percakapan orang Kristen sebelumnya. Masing-masing pendapat sebenarnya mengandung serpihan kebenaran karena tidak ada kebenaran di luar Allah (Yohanes 1:3). Namun untuk mendapatkan interpretasi yang benar, kita perlu belajar Hermeneutika membaca Alkitab. Buku ini menawarkan tiga metode cara membaca Alkitab yang sebenarnya didapatkan dari pola karakter Allah (yang digambarkan dengan segitiga). Kita akan membahas lebih lanjut pada sesi berikut. Secara singkat, Allah menurunkan Firman-Nya di dalam sejarah dan di dalam konteks sejarah. Bagaimana mungkin Firman Allah berhubungan dengan konteks sejarah manusia berdosa? Di sini lah kita bersyukur bahwa Allah mengontrol sejarah sehingga di dalam keberdosaan manusia, Firman Tuhan dapat tetap dinyatakan dan dijaga sampai masa ini. Bahkan Allah menggunakan konteks sejarah berdosa seperti Ia mau menggunakan manusia yang berdosa menjadi hamba-Nya. Lebih lanjut bahkan Tuhan memakai manusia untuk menuliskan Firman-Nya. Terpujilah Tuhan karena kasih-Nya yang begitu besar kepada manusia.

Follow us!

Find us on our social media here: