Pemuda GRII BSD

Animal Farm

Sebuah novel tentang pemberontakan
oleh Okki Kohah


IDENTITAS BUKU

Judul Buku : Animal Farm
Penulis : George Orwell
Bahasa : Indonesia
Penerjemah : Bakdi Soemanto
Tahun terbit : Agustus 2020
Penerbit : Bentang Pustaka
Kota terbit : Yogyakarta
Edisi dan cetakan : II dan ke-10
Jumlah Halaman : 140


Novel klasik berjudul Animal Farm ini ditulis oleh George Orwell, yang bernama asli Eric Arthur Blair, seorang Inggris kelahiran India pada tahun 1903. Sejak mereka pindah ke Inggris tahun 1917 dan Orwell bersekolah di Eton, Ia rajin menyumbangkan tulisannya untuk majalah sekolah. Latar belakang sebagai pekerja di kepolisian, guru privat, guru sekolah, dan asisten di toko buku sekaligus menulis ulasan dan artikel di sejumlah penerbitan banyak memengaruhi karya-karya Orwell.. Dan Animal Farm adalah karya yang melejitkan namanya, karya yang ditulis pada masa Perang Dunia II sebagai satire atas kepemimpinan Uni Soviet. Buku ini menerima penghargaan Retro Hugo Award (1996) untuk novela terbaik dan Prometheus Hall of Fame Award (2011). George Orwell meninggal pada Januari 1950 di London.


ISI BUKU

Peternakan milik Pak Jones berubah dikuasai oleh para binatang yang ia ternak di sana. Babi-babi yang lebih tua dan lama menjadi penghuni di sana mengambil alih kekuasaan dan kepemilikan atas peternakan itu dengan cara yang unik. Dipimpin oleh Babi Tua bernama Major, para binatang menyusun strategi untuk mengusir Keluarga Jones dari rumah peternakannya sendiri. Para binatang, di bawah kepemimpinan Babi Tua Major memercayai orasinya tentang kebebasan para binatang atas kekuasaan akan diri mereka sendiri. Mereka sangat mengagumi dan menghormati ide brilian Major. Setelah Major mati, tambuk kekuasaan diambil alih oleh babi lain -babi dianggap binatang paling cerdas di peternakan itu- yaitu Snowball dan Napoleon.

Kepemimpinan Snowball dan Napoleon menghasilkan peraturan demi peraturan menyatakan kepemilikan bersama akan sesuatu, makanan maupun benda. Tidak ada yang menjadi milik pribadi. Para binatang rutin mengadakan diskusi-diskusi dan pertemuan-pertemuan yang membicarakan hari depan peternakan, moralitas, keadilan, dan kerja keras agar keberlangsungan hidup di peternakan tersebut berjalan baik demi generasi setelah mereka. Bukan hanya diskusi, namun mereka juga membagi tugas menjalankan pekerjaan, tentu saja dengan kepemimpinan Napoleon dan Snowball. Dua babi yang sama cerdas dan berkharisma pemimpin ini membuat peraturan yang berbeda dan membuat binatang lainnya bingung. Sehingga, Napoleon yang kuasanya lebih kuat menggulingkan Snowball keluar dari peternakan itu. Bukan hanya Peternakan Manor, nama peternakan keluarga Jones yang dikuasai para binatang, namun rumah tinggal keluarga Jones pun mereka kuasai.

Peraturan demi peraturan dibuat oleh Napoleon dengan menjunjung nilai kebersamaan dan kebebasan, namun pada akhirnya Napoleon yang menebar doktrin itu justru perlahan-lahan menguasai peternakan dan binatang lain yang bekerja keras dibuatnya memaklumi dan tunduk pada titah-titah serta keputusan-keputusannya. Peternakan Manor berubah nama menjadi Peternakan Binatang, dan nama Napoleon tertera di surat kepemilikan peternakan mewakili binatang-binatang lainnya. Protes-protes terus dilayangkan binatang-binatang, tapi karena kelihaian Napoleon mendapat dukungan dan kemampuan persuasilah ia terus bertahta semakin jaya di Peternakan Binatang. Pemberontakan demi pemberontakan terjadi di kalangan para binatang, namun Napoleon selalu punya cara untuk membenarkan keputusannya.

Singkat cerita, Napoleon yang mulanya memengaruhi biri-biri dan binatang lain dengan seruan “kaki empat baik, kaki dua jahat” justru menjalin relasi baik dengan si “kaki dua”. Hingga rumah keluarga Jones kini telah diduduki Napoleon sebagai tempat tinggal dengan alasan bahwa sebagai pemimpin yang memikirkan nasib para binatang maka ia mesti mendapat tempat istirahat yang terbaik. Ia dan kaumnya yang menggulirkan kepemimpinan dan kepemilikan peternakan milik manusia, kaum si kaki dua, kini berbalik menguasai peternakan atas nama kepentingan bersama. Alih-alih mementingkan hak-hak bersama para binatang, ia memperbudak para binatang dengan berbagai cara dan alasan bulus yang akhirnya dipercaya para binatang karena pemimpin selalu benar. Peternakan Binatang kini berubah nama menjadi Peternakan Manor, seperti namanya semula. Sekali lagi, pemimpin selalu benar dan wajah keberpihakan pada kaum yang menginginkan perubahan diam-diam menampilkan keaslian wajahnya, diktator dan otoriter.


PERENUNGAN DAN KOMITMEN

Hal menarik dan penting dari buku ini adalah penceritaan dalam bentuk alegori. Penulisan cerita ini dimaksudkan sebagai satire atas kepemimpinan pada zaman itu, Uni Soviet dengan totaliterismenya. Alih-alih memimpin penduduk, kepemimpinan totaliterisme justru mengontrol seluruh lini di negara untuk mencapai tujuannya. Tampaknya hal ini yang ingin disuarakan oleh Orwell, ketidakberpihakan pada penduduk dan keserakahan penguasa atas pengendalian hidup di negara dengan sistem ini. Pengagungan atas satu figur adalah salah satu ciri dari pemerintahan totaliterisme.

Buku yang ditulis untuk menggambarkan situasi politik pada masa Perang Dunia II ini menjembatani sejarah dunia yang terasa sulit dipahami bila membacanya dalam buku-buku teks. Namun, karena narasi keseluruhan menceritakan kehidupan para binatang, maka pembaca perlu mengerti konteks zaman buku ini ditulis agar tidak tersesat dalam pemahamannya.

Walau buku ini bercerita tentang sistem pemerintahan dan politik suatu negara, namun buku ini dapat membawa pada perenungan akan hidup sehari-hari. Pada zaman ini, menguasai diri sendiri dan kepemilikan hidup adalah tawaran kebebasan yang semakin marak digaungkan. Manusia diminta untuk saling menghormati kebebasan tiap manusia, hingga ia berubah menjadi tuan atas dirinya sendiri, misalnya kebebasan memilih identitas gender. Bila kebebasannya menguasai diri ditegur atau dikritik maka si penegur atau pengkritik justru akan menuai komentar negatif dari warganet, bahkan tak jarang mereka berbalik menjadi korban perundungan atau minimal diserang sebagai homofobia dan sebagainya. Isu ini bukan hal baru bila kita mengingat kisah yang tertulis dalam Alkitab. Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa karena iming-iming iblis yang mengatakan apabila mereka makan buah dari pohon pengetahuan yang baik dan jahat maka mereka akan menjadi seperti Allah.

Sistem pemerintahan dan politik totaliterisme dalam alegori satire Animal Farm, kebebasan memilih identitas gender, hingga makan buah pengetahuan adalah manifestasi keinginan menjadi tuan atas diri sendiri. Manusia tidak lagi mengingat pemilik hidupnya adalah Allah. Pusat hidupnya bukan lagi Kristus melainkan diri sendiri. Pelan-pelan, manusia yang diciptakan Allah segambar dan serupa-Nya ini memilih gambar dan rupa yang rusak dari penciptaan. Dan saat itulah relasi Allah dan manusia terpisah. Namun, manusia patut bersyukur pada Allah yang penuh kasih. IA tidak membiarkan kerusakan gambar dan rupa-Nya berlarut-larut. Yesus diberikan-Nya sebagai ganti nyawa manusia dari maut. Tidak ada jalan lain untuk memulihkan relasi Allah dan manusia selain Yesus yang mati di kayu salib.

Kalau porak poranda terjadi dalam sistem totaliterisme dan otoriter merupakan cara kerjanya, hal ini berbeda dengan Allah. Manusia yang ingin menjadi tuan atas diri sendiri namun justru mengacaukan relasi dengan Allah, malah mendapatkan kasih karunia yaitu keselamatan kekal. Pemberontakan manusia atas kekuasaan Allah dalam hidupnya justru dipatahkan karena cinta Allah yang sangat besar bagi manusia.


Kalau kamu, pemberontakan apa yang bersarang dalam diri saat ini?
Apa sudah menyadari betapa Allah mengasihimu?

SOLI DEO GLORIA

Ikuti kami!

Cari kami di media sosial melalui tautan berikut: